NON INVERTING ADDER AMPLIFIER

 DHIO AULIA ALFIN

Non Inverting Adder Amplifier


1. tujuan[Kembali]

    
  • Dapat memahami apa yang dimaksud dengan Komparator Non-Inverting
  • Dapat memahami rangkaian Komparator Non-Inverting
  • Dapat mensimulasikan rangkaian Komparator Non-Inverting


2. komponen[Kembali]

       
 Instrumen

a. DC Voltmeter

DC Voltmeter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur besar tengangan pada suatu komponen. Cara pemakaiannya adalah dengan memparalelkan kaki2 Voltmeter dengan komponen yang akan diuji tegangannya.
 

Berikut adalah Spesifikasi dan keterangan Probe DC Volemeter



b. Osiloskop

Osiloskop adalah alat ukur elektronika yang berfungsi memproyeksikan bentuk sinyal listrik. Osiloskop dilengkapi dengan tabung sinar katode. Peranti pemancar elektron memproyeksikan sorotan elektron ke layar tabung sinar katode.

Generator

a. Baterai
 
Spesifikasi:

  • Input voltage: ac 100~240v / dc 10~30v
  • Output voltage: dc 1~35v
  • Max. Input current: dc 14a
  • Charging current: 0.1~10a
  • Discharging current: 0.1~1.0a
  • Balance current: 1.5a/cell max
  • Max. Discharging power: 15w
  • Max. Charging power: ac 100w / dc 250w
  • Jenis batre yg didukung: life, lilon, lipo 1~6s, lihv 1-6s, pb 1-12s, nimh, cd 1-16s
  • Ukuran: 126x115x49mm
  • Berat: 460gr
b. Power Supply




Power Supply atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Catu Daya adalah suatu alat listrik yang dapat menyediakan energi listrik untuk perangkat listrik ataupun elektronika lainnya.


    c. Generator DC



Sebagat generator DC fungsinya mengubah energi mekanik menjadi energi lisrtik.

Bahan

 a. Resistor
        

    
    

    b. Dioda


Spesifikasi

Untuk menghantarkan arus listrik ke satu arah tetapi menghambat arus listrik dari arah sebaliknya. Oleh karena itu, Dioda sering dipergunakan sebagai penyearah dalam Rangkaian Elektronika. Dioda pada umumnya mempunyai 2 Elektroda (terminal) yaitu Anoda (+) dan Katoda (-) dan memiliki prinsip kerja yang berdasarkan teknologi pertemuan p-n semikonduktor yaitu dapat mengalirkan arus dari sisi tipe-p (Anoda) menuju ke sisi tipe-n (Katoda) tetapi tidak dapat mengalirkan arus ke arah sebaliknya.

    c. Transistor NPN

 
        Transistor merupakan salah satu Komponen Elektronika Aktif yang paling sering digunakan dalam rangkaian Elektronika, baik rangkaian Elektronika yang paling sederhana maupun rangkaian Elektronika yang rumit dan kompleks. Transistor pada umumnya terbuat dari bahan semikonduktor seperti Germanium, Silikon, dan Gallium Arsenide.
 


       d. Op-AMP

Konfigurasi 741




 spesifikasi:



e. Ground







        Ground pada peralatan kelistrikan dan elektronika adalah memberikan perlindungan ke seluruh sistem serta menetralisir cacat yang disebabkan daya yang kurang baik atau kualitas komponen yang tidak standar.

Komponen Input

1) Sensor PIR

Sensor PIR atau disebut juga dengan Passive Infra Red merupakan sensor yang digunakan untuk mendeteksi adanya pancaran sinar infra merah dari suatu object. Sesuai dengan namanya sensor PIR bersifat pasif, yang berarti sensor ini tidak memancarkan sinar infra merah melainkan hanya dapat menerima radiasi sinar infra merah dari luar. Sensor PIR terdiri dari beberapa bagian yaitu :

  • Fresnel Lens -->Lensa Fresnel pertama kali digunakan pada tahun 1980an. Digunakan sebagai lensa yang memfokuskan sinar pada lampu mercusuar. Penggunaan paling luas pada lensa Fresnel adalah pada lampu depan mobil, di mana mereka membiarkan berkas parallel secara kasar dari pemantul parabola dibentuk untuk memenuhi persyaratan pola sorotan utama. 
  • IR Filter -->IR Filter dimodul sensor PIR ini mampu menyaring panjang gelombang sinar infrared pasif antara 8 sampai 14 mikrometer, sehingga panjang gelombang yang dihasilkan dari tubuh manusia yang berkisar antara 9 sampai 10 mikrometer ini saja yang dapat dideteksi oleh sensor. Sehingga Sensor PIR hanya bereaksi pada tubuh manusia saja.
  • Pyroelectric Sensor -->Seperti tubuh manusia yang memiliki suhu tubuh kira-kira 32 derajat celcius, yang merupakan suhu panas yang khas yang terdapat pada lingkungan. Pancaran sinar inframerah inilah yang kemudian ditangkap oleh Pyroelectric sensor yang merupakan inti dari sensor PIR ini sehingga menyebabkan Pyroelectic sensor yang terdiri dari galium nitrida, caesium nitrat dan litium tantalate menghasilkan arus listrik.
  • Amplifier -->Sebuah sirkuit amplifier yang ada menguatkan arus yang masuk pada material pyroelectric.
  • Komparator-->Setelah dikuatkan oleh amplifier kemudian arus dibandingkan oleh komparator sehingga mengahasilkan output.

Spesifikasi sensor PIR
  • Input Voltage: DC 4.5-20V
  • Static current: 50uA
  • Output signal: 0,3V (Output high when motion detected)
  • Sentry Angle: 110 degree
  • Sentry Distance: max 6/7 m
  • Shunt for setting overide trigger: H - Yes, L - No


2) Sensor Suara



Sensor suara merupakan module sensor yang mensensing besaran suara untuk diubah menjadi besaran listrik .Module ini bekerja berdasarkan prinsip kekuatan gelombang suara yang masuk. Dimana gelombang suara tersebut mengenai membran sensor, yang berefek pada bergetarnya membran sensor. Dan pada membran tersebut terdapat kumparan kecil yang dapat menghasilkan besaran listrik. Kecepatan bergeraknya membran tersebut juga akan menentukan besar kecilnya daya listrik yang akan dihasilkan. Spesifikasi dari modul sensor suara antara lain:

  •     Sensitivitas dapat diatur (pengaturan manual pada potensiometer)
  •     Condeser yang digunakan memiliki sensitivitas yang tinggi
  •     Tegangan kerja antara 3.3V – 5V
  •     Terdapat 2 pin keluaran yaitu tegangan analog dan Digital output
  •     Sudah terdapat lubang baut untuk instalasi
  •     Sudah terdapat indikator led


Respon frekuensi (frequency responsemicrophone didefinisikan sebagai rentang suara (dari frekuensi terendah hingga tertinggi) yang dapat dihasilkan dan variasinya di antara rentang tersebut.
Pada grafik diatas dapat disimpulkan bahwa makin tinggi frekuensi maka semakin tinggi tingkat sensitivitasnya, atau bisa dikatakan berbanding lurus.

3) Sensor MQ-2
                                             Sensor MQ-2 berfungsi untuk mendeteksi keberadaan asap yang berasal dari gas mudah terbakar di udara. Pada dasarnya sensor ini terdiri dari tabung aluminium yang dikelilingi oleh silikon dan di pusatnya ada elektroda yang terbuat dari aurum di mana ada element pemanasnya.

Ketika terjadi proses pemanasan, kumparan akan dipanaskan sehingga SnO2 keramik menjadi semikonduktor atau sebagai penghantar sehingga melepaskan elektron dan ketika asap dideteksi oleh sensor dan mencapai aurum elektroda maka output sensor MQ-2 akan menghasilkan tegangan analog.

Spesifikasi sensor pada sensor gas MQ-2 adalah sebagai berikut:

  •     Catu daya pemanas : 5V AC/DC
  •     Catu daya rangkaian : 5VDC
  •     Range pengukuran : 200 - 5000ppm untuk LPG, propane 300 - 5000ppm untuk butane 5000 -      20000ppm untuk methane 300 - 5000ppm untuk Hidrogen
  •     Keluaran : analog (perubahan tegangan)

konfigurasi dari sensor MQ-S :

  •     Pin 1 merupakan heater internal yang terhubung dengan ground.
  •     Pin 2 merupakan tegangan sumber (VC) dimana Vc < 24 VDC.
  •     Pin 3 (VH) digunakan untuk tegangan pada pemanas (heater internal) dimana VH = 5VDC.
  •     Pin 4 merupakan output yang akan menghasilkan tegangan analog.

    Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat bahwa konsentrasi minimum yang dapat diuji adalah 100ppm dan maksimumnya 10000ppm atau konsentrasi gasnya antara 0.01% dan 1%. Namun, rumusnya tidak dapat ditentukan karena hubungan grafik antara rasio dan konsentrasi adalah nonlinear.



4) Logicstate
Gerbang Logika (Logic Gates) adalah sebuah entitas untuk melakukan pengolahan input-input yang berupa bilangan biner (hanya terdapat 2 kode bilangan biner yaitu, angka 1 dan 0) dengan menggunakan Teori Matematika Boolean sehingga dihasilkan sebuah sinyal output yang dapat digunakan untuk proses berikutnya.
Pinout


Komponen Output

1) LED
Pinout




 

Konfigurasi Pin :

* Pin 1 : Positive Terminal Of Led

* Pin 2 : Negative Terminal Of Led

Spesifikasi :

* Superior Weather Resistance

* 5mm Round Standard Directivity

* Uv Resistant Eproxy

* Forward Current (If): 30ma

* Forward Voltage (Vf): 1.8v To 2.4v

* Reverse Voltage: 5v

* Operating Temperature: -30 To +85

* Storage Temperature: -40 To +100

* Luminous Intensity: 20mcd

Tegangan LED menurut warna yang dihasilkan:

    • Infra merah : 1,6 V.
    • Merah : 1,8 V – 2,1 V.
    • Oranye : 2,2 V.
    • Kuning : 2,4 V.
    • Hijau : 2,6 V.
    • Biru : 3,0 V – 3,5 V.
    • Putih : 3,0 – 3,6 V.
    • Ultraviolet : 3,5 V.

2) Relay
 
Spesifikasi 




Relay umumnya adalah tegangan input 5 VDC, 12 VDC atau 48 VDC. Untuk common dan NO NC umumnya 220 vac dengan arus kerja 10 A.

  • Konfigurasi pin Relay dihubungkan ke 5V
  • GND dihubungkan ke GND
  • IN1/Data dihubungkan ke pin 2
Pinout
3) Motor






Motor Listrik DC atau DC Motor adalah suatu perangkat yang mengubah energi listrik menjadi energi kinetik atau gerakan (motion). Motor DC ini juga dapat disebut sebagai Motor Arus Searah. Seperti namanya, DC Motor memiliki dua terminal dan memerlukan tegangan arus searah atau DC (Direct Current) untuk dapat menggerakannya. Motor Listrik DC ini biasanya digunakan pada perangkat-perangkat Elektronik dan listrik yang menggunakan sumber listrik DC seperti Vibrator Ponsel, Kipas DC dan Bor Listrik DC.
Spesifikasi

Pinout

Grafik Respons:




    h. OpAmp 

 Op-Amp adalah salah satu dari bentuk IC Linear yang berfungsi sebagai Penguat Sinyal listrik. Sebuah Op-Amp terdiri dari beberapa Transistor, Dioda, Resistor dan Kapasitor yang terinterkoneksi dan terintegrasi sehingga memungkinkannya untuk menghasilkan Gain (penguatan) yang tinggi pada rentang frekuensi yang luas.

 Simbol 



Karakteristik IC OpAmp

• Penguatan Tegangan Open-loop atau Av = ∞ (tak terhingga)

• Tegangan Offset Keluaran (Output Offset Voltage) atau Voo = 0 (nol)

• Impedansi Masukan (Input Impedance) atau Zin= ∞ (tak terhingga)

• Impedansi Output (Output Impedance ) atau Zout = 0 (nol)

• Lebar Pita (Bandwidth) atau BW = ∞ (tak terhingga)

• Karakteristik tidak berubah dengan suhu 



Inverting Amplifier


Rumus:


NonInverting 


Rumus:


Komparator


Rumus:


Adder


Rumus:


Bentuk Gelombang


    i. Motor DC    

Motor Listrik DC atau DC Motor adalah suatu perangkat yang mengubah energi listrik menjadi energi kinetik atau gerakan (motion). Motor DC ini juga dapat disebut sebagai Motor Arus Searah. Seperti namanya, DC Motor memiliki dua terminal dan memerlukan tegangan arus searah atau DC (Direct Current) untuk dapat menggerakannya. Motor Listrik DC ini biasanya digunakan pada perangkat-perangkat Elektronik dan listrik yang menggunakan sumber listrik DC seperti Vibrator Ponsel, Kipas DC dan Bor Listrik DC.


 Prinsip Kerja Motor DC

Terdapat dua bagian utama pada sebuah Motor Listrik DC, yaitu Stator dan Rotor. Stator adalah bagian motor yang tidak berputar, bagian yang statis ini terdiri dari rangka dan kumparan medan. Sedangkan Rotor adalah bagian yang berputar, bagian Rotor ini terdiri dari kumparan Jangkar. Dua bagian utama ini dapat dibagi lagi menjadi beberapa komponen penting yaitu diantaranya adalah Yoke (kerangka magnet), Poles (kutub motor), Field winding (kumparan medan magnet), Armature Winding (Kumparan Jangkar), Commutator (Komutator) dan Brushes (kuas/sikat arang).

Pada prinsipnya motor listrik DC menggunakan fenomena elektromagnet untuk bergerak, ketika arus listrik diberikan ke kumparan, permukaan kumparan yang bersifat utara akan bergerak menghadap ke magnet yang berkutub selatan dan kumparan yang bersifat selatan akan bergerak menghadap ke utara magnet. Saat ini, karena kutub utara kumparan bertemu dengan kutub selatan magnet ataupun kutub selatan kumparan bertemu dengan kutub utara magnet maka akan terjadi saling tarik menarik yang menyebabkan pergerakan kumparan berhenti.

Untuk menggerakannya lagi, tepat pada saat kutub kumparan berhadapan dengan kutub magnet, arah arus pada kumparan dibalik. Dengan demikian, kutub utara kumparan akan berubah menjadi kutub selatan dan kutub selatannya akan berubah menjadi kutub utara. Pada saat perubahan kutub tersebut terjadi, kutub selatan kumparan akan berhadap dengan kutub selatan magnet dan kutub utara kumparan akan berhadapan dengan kutub utara magnet. Karena kutubnya sama, maka akan terjadi tolak menolak sehingga kumparan bergerak memutar hingga utara kumparan berhadapan dengan selatan magnet dan selatan kumparan berhadapan dengan utara magnet. Pada saat ini, arus yang mengalir ke kumparan dibalik lagi dan kumparan akan berputar lagi karena adanya perubahan kutub. Siklus ini akan berulang-ulang hingga arus listrik pada kumparan diputuskan.

    j. Baterai 

Baterai adalah perangkat yang terdiri dari satu atau lebih sel elektrokimia dengan koneksi eksternal yang disediakan untuk memberi daya pada perangkat listrik seperti senter, ponsel, dan mobil listrik. Ketika baterai memasok daya listrik, terminal positifnya adalah katode dan terminal negatifnya adalah anoda. Terminal bertanda negatif adalah sumber elektron yang akan mengalir melalui rangkaian listrik eksternal ke terminal positif. Ketika baterai dihubungkan ke beban listrik eksternal, reaksi redoks mengubah reaktan berenergi tinggi ke produk berenergi lebih rendah, dan perbedaan energi-bebas dikirim ke sirkuit eksternal sebagai energi listrik. Secara historis istilah "baterai" secara khusus mengacu pada perangkat yang terdiri dari beberapa sel, namun penggunaannya telah berkembang untuk memasukkan perangkat yang terdiri dari satu sel.


Prinsip operasi

Baterai mengubah energi kimia langsung menjadi energi listrik. Baterai terdiri dari sejumlah sel volta. Tiap sel terdiri dari 2 sel setengah yang terhubung seri melalui elektrolit konduktif yang berisi anion dan kation. Satu sel setengah termasuk elektrolit dan elektrode negatif, elektrode yang di mana anion berpindah; sel-setengah lainnya termasuk elektrolit dan elektrode positif di mana kation berpindah. Reaksi redoks akan mengisi ulang baterai. Kation akan tereduksi (elektron akan bertambah) di katode ketika pengisian, sedangkan anion akan teroksidasi (elektron hilang) di anode ketika pengisian. Ketika digunakan, proses ini dibalik. Elektrodanya tidak bersentuhan satu sama lain, tetapi terhubung via elektrolit. Beberapa sel menggunakan elektrolit yang berbeda untuk tiap sel setengah. Sebuah separator dapat membuat ion mengalir di antara sel-setengah dan bisa menghindari pencampuran elektrolit.

3. Dasar Teori[Kembali]

Rangkaian Adder atau penjumlahan sinyal dengan OP-AMP 

adalah konfigurasi OP-AMP sebagai penguat dengan diberikan input lebih dari satu untuk menghasilkan sinyal output yang linear sesuai dengan nilai penjumlahan sinyal input dan faktor penguatan yang ada.

    Pada umumnya rangkaian adder adalah rangkaian penjumlah dasar yang disusun dengan penguat inverting atau non-inverting yang diberikan input lebih dari 1 line.

Gambar 1. Rangkaian Non-Inverting Adder Amplifier

    Rangkaian Adder/Penjumlahan Non-Inverting atau disebut Non-Inverting Adder  Amplifier memiliki penguatan tegangan yang tidak melibatkan nilai resistansi input yang digunakan. Oleh karena itu pada penjumlahan non-inverting nilai resistor input (R1, R2, R2) sebaiknya bernilai sama persis, hal ini bertujuan untuk mendapatkan kestabilan dan akurasi penjumlahan sinyal yang diberikan ke rangkaian.

    Pada rangkaian Non-Inverting Adder Amplifier, sinyal input (V1, V1, V3) diberikan ke jalur input melalui resistor input masing-masing (R1, R2, R3). Besarnya penguatan tegangan (Av) pada rangkaian penguat penjumlahan Non-Inverting diatas diatur oleh resistor feedback (Rf) dan resistor inverting (Ri), sehingga dapat dirumuskan dengan :

    Teori mengenai rangkaian Non-Inverting Adder Amplifier dengan menggunakan teorema superposisi :

  • Anggap jika Va berjalan sendiri, Vb = 0
  • Anggap jika Vb berjalan sendiri, Va = 0
  • Maka nilai dari V1 adalah
 
  • Diketahui bahwa nilai Vo = Va + Vb , maka untuk pembuktiannya :

Misalkan Ra = Rb = R

Misalkan Rf = Ri = R

Nilai Tegangan Output adalah sebesar Vo = Av.Vin

Karena nilai Vin = V1

  • Maka Nilai dari Vo = Va + Vb inilah yang disebut sebagai Adder

    Dengan diketahuinya nilai penguatan tegangan pada rangkaian penjumlahan non-inverting tersebut dapat dirumuskan besarnya tegangan output (Vout) rangkaian. Secara matematis rumus dari Vout :

    Rangkaian adder/penjumlahan non-inverting ini jarang digunakan dalam aplikasi rangkaian elektronika, karena nilai outputnya adalah hasil kali rata-rata tegangan input dengan faktor penguatan (Av) sehingga nilai penjumlahan tegangan merupakan hasil rata-rata sinyal input dan penguatan tegangan  belum sesuai dengan kaidah penjumlahan. 

  • RESISTOR

SIMBOL :
RESISTOR ADALAH KOMPONEN ELEKTRONIKA PASIF YANG MEMILIKI NILAI RESISTANSI ATAU HAMBATAN TERTENTU YANG BERFUNGSI UNTUK MEMBATASI DAN MENGATUR ARUS LISTRIK DALAM SUATU RANGKAIAN ELEKTRONIKA (V=I R).
JENIS RESISTOR YANG DIGUNAKAN DISINI ADALAH FIXED RESISTOR, DIMANA MERUPAKAN RESISTOR DENGAN NILAI TETAP TERDIRI DARI FILM TIPIS KARBON YANG DIENDAPKAN SUBTRAT ISOLATOR KEMUDIAN DIPOTONG BERBENTUK SPIRAL. KEUNTUNGAN JENIS FIXED RESISTOR INI DAPAT MENGHASILKAN RESISTOR DENGAN TOLERANSI YANG LEBIH RENDAH.
CARA MENGHITUNG NILAI RESISTOR:
TABEL WARNA

CONTOH :
GELANG KE 1 : COKLAT = 1
GELANG KE 2 : HITAM = 0
GELANG KE 3 : HIJAU   = 5 NOL DIBELAKANG ANGKA GELANG KE-2; ATAU KALIKAN 105
GELANG KE 4 : PERAK  = TOLERANSI 10%
MAKA NILAI RESISTOR TERSEBUT ADALAH 10 * 105 = 1.000.000 OHM ATAU 1 MOHM DENGAN TOLERANSI 10%.





  • DIODA

SPESIFIKASI

DIODA ADALAH KOMPONEN YANG TERBUAT DARI BAHAN SEMIKONDUKTOR DAN MEMPUNYAI FUNGSI UNTUK MENGHANTARKAN ARUS LISTRIK KE SATU ARAH TETAPI MENGHAMBAT ARUS LISTRIK DARI ARAH SEBALIKNYA. SEBUAH DIODA DIBUAT DENGAN MENGGABUNGKAN DUA BAHAN SEMI-KONDUKTOR TIPE-P DAN SEMI-KONDUKTOR TIPE-N. KETIKA DUA BAHAN INI DIGABUNGKAN, TERBENTUK LAPISAN KECIL LAIN DI ANTARANYA YANG DISEBUT DEPLETION LAYER. INI KARENA LAPISAN TIPE-P MEMILIKI HOLE BERLEBIH DAN LAPISAN TIPE-N MEMILIKI ELEKTRON BERLEBIH DAN KEDUANYA MENCOBA BERDIFUSI SATU SAMA LAIN MEMBENTUK PENGHAMBAT RESISTANSI TINGGI ANTARA KEDUA BAHAN SEPERTI PADA GAMBAR DI BAWAH INI. LAPISAN PENYUMBATAN INI DISEBUT DEPLETION LAYER.
 
KETIKA TEGANGAN POSITIF DITERAPKAN KE ANODA DAN TEGANGAN NEGATIF DITERAPKAN KE KATODA, DIODA DIKATAKAN DALAM KONDISI BIAS MAJU. SELAMA KEADAAN INI TEGANGAN POSITIF AKAN MEMOMPA LEBIH BANYAK HOLE KE DAERAH TIPE-P DAN TEGANGAN NEGATIF AKAN MEMOMPA LEBIH BANYAK ELEKTRON KE DAERAH TIPE-N YANG MENYEBABKAN DEPLETION LAYER HILANG SEHINGGA ARUS MENGALIR DARI ANODA KE KATODA. TEGANGAN MINIMUM YANG DIPERLUKAN UNTUK MEMBUAT DIODA BIAS MAJU DISEBUT FORWARD BREAKDOWN VOLTAGE.

JIKA TEGANGAN NEGATIF DITERAPKAN KE ANODA DAN TEGANGAN POSITIF DITERAPKAN KE KATODA, DIODA DIKATAKAN DALAM KONDISI BIAS TERBALIK. SELAMA KEADAAN INI TEGANGAN NEGATIF AKAN MEMOMPA LEBIH BANYAK ELEKTRON KE MATERIAL TIPE-P DAN MATERIAL TIPE-N AKAN MENDAPATKAN LEBIH BANYAK HOLE DARI TEGANGAN POSITIF YANG MEMBUAT DEPLETION LAYER LEBIH BESAR DAN DENGAN DEMIKIAN TIDAK MEMUNGKINKAN ARUS MENGALIR MELALUINYA. KONDISI INI HANYA TERJADI PADA DIODA YANG IDEAL, KENYATAANNYA ARUS YANG KECIL TETAP DAPAT MENGALIR PADA BIAS TERBALIK DIODA.


DIODA DAPAT DIBAGI MENJADI BEBERAPA JENIS:


1. DIODA PENYEARAH (DIODA BIASA ATAU DIODA BRIDGE) YANG BERFUNGSI SEBAGAI PENYEARAH ARUS AC KE ARUS DC.
2. DIODA ZENER YANG BERFUNGSI SEBAGAI PENGAMAN RANGKAIAN DAN JUGA SEBAGAI PENSTABIL TEGANGAN.
3. DIODA LED YANG BERFUNGSI SEBAGAI LAMPU INDIKATOR ATAUPUN LAMPU PENERANGAN.
4. DIODA PHOTO YANG BERFUNGSI SEBAGAI SENSOR CAHAYA.
5. DIODA SCHOTTKY YANG BERFUNGSI SEBAGAI PENGENDALI.


UNTUK MENENTUKAN ARUS ZENNER  BERLAKU PERSAMAAN:
KETERANGAN:

PADA GRAFIK TERLIHAT BAHWA PADA TEGANGAN DIBAWAH AMBANG BATAS TEGANGAN MUNDUR (REVERSE) SEBUAH DIODA AKAN TEMBUS (MENGHANTAR) DAN TIDAK BISA MENAHAN LAGI. BATAS INI DISEBUT DENGAN AREA TEGANGAN BREAKDOWN DIODA. KONDISI DIODA PADA AREA INI ADALAH TEMBUS ATAU MENGHANTAR DAN TIDAK MENGHAMBAT. KEMUDIAN PADA LEVEL TEGANGAN DIANTARA TEGANGAN BREAKDOWN DAN TEGANGAN FORWARD TERDAPAT AREA TEGANGAN REVERSE DAN TEGANGAN CUT OFF. PADA AREA INI KONDISI DIODA ADALAH MENAHAN ATAU TIDAK MENGALIRKAN ARUS LISTRIK.

  • TRANSISTOR


TRANSISTOR ADALAH SEBUAH KOMPONEN DI DALAM ELEKTRONIKA YANG DICIPTAKAN DARI BAHAN-BAHAN SEMIKONDUKTOR DAN MEMILIKI TIGA BUAH KAKI. MASING-MASING KAKI DISEBUT SEBAGAI BASIS, KOLEKTOR, DAN EMITOR.

1. EMITOR (E) MEMILIKI FUNGSI UNTUK MENGHASILKAN ELEKTRON ATAU MUATAN NEGATIF.

2. KOLEKTOR (C) BERPERAN SEBAGAI SALURAN BAGI MUATAN NEGATIF UNTUK KELUAR DARI DALAM TRANSISTOR.

3. BASIS (B) BERGUNA UNTUK MENGATUR ARAH GERAK MUATAN NEGATIF YANG KELUAR DARI TRANSISTOR MELALUI KOLEKTOR.
 

BERFUNGSI SEBAGAI PENGUAT, SEBAGAI SIRKUIT PEMUTUS DAN PENYAMBUNG ARUS (SWITCHING), STABILISASI TEGANGAN, DAN MODULASI SINYAL. SELAIN ITU, TRANSISTOR BIASANYA JUGA DAPAT DIGUNAKAN SEBAGAI SAKLAR DALAM RANGKAIAN ELEKTRONIKA. JIKA ADA ARUS YANG CUKUP BESAR DI KAKI BASIS, TRANSISTOR AKAN MENCAPAI TITIK JENUH. PADA TITIK JENUH INI TRANSISTOR MENGALIRKAN ARUS SECARA MAKSIMUM DARI KOLEKTOR KE EMITOR SEHINGGA TRANSISTOR SEOLAH-OLAH SHORT PADA HUBUNGAN KOLEKTOR-EMITOR. JIKA ARUS BASE SANGAT KECIL MAKA KOLEKTOR DAN EMITOR BAGAIKAN SAKLAR YANG TERBUKA. PADA KONDISI INI TRANSISTOR DALAM KEADAAN CUT OFF SEHINGGA TIDAK ADA ARUS DARI KOLEKTOR KE EMITOR. 


RUMUS-RUMUS TRANSISTOR:
SPESIFIKASI :
    • BI-POLAR TRANSISTOR
    • DC CURRENT GAIN (HFE) IS 800 MAXIMUM
    • CONTINUOUS COLLECTOR CURRENT (IC) IS 100MA
    • EMITTER BASE VOLTAGE (VBE) IS > 0.6V
    • BASE CURRENT(IB) IS 5MA MAXIMUM
KONFIGURASI TRANSISTOR
KONFIGURASI COMMON BASE ADALAH KONFIGURASI YANG KAKI BASIS-NYA DI-GROUND-KAN DAN DIGUNAKAN BERSAMA UNTUK INPUT MAUPUN OUTPUT.  PADA KONFIGURASI COMMON BASE, SINYAL INPUT DIMASUKAN KE EMITOR  DAN SINYAL OUTPUT-NYA DIAMBIL DARI KOLEKTOR, SEDANGKAN KAKI BASIS-NYA DI-GROUND-KAN. OLEH KARENA ITU, COMMON BASE JUGA SERING DISEBUT DENGAN ISTILAH “GROUNDED BASE”. KONFIGURASI COMMON BASE INI MENGHASILKAN PENGUATAN TEGANGAN ANTARA SINYAL INPUT DAN SINYAL OUTPUT NAMUN TIDAK MENGHASILKAN PENGUATAN PADA ARUS.

KONFIGURASI COMMON COLLECTOR (CC) ATAU KOLEKTOR BERSAMA MEMILIKI SIFAT DAN FUNGSI YANG BERLAWAN DENGAN COMMON BASE (BASIS BERSAMA). KALAU PADA COMMON BASE MENGHASILKAN PENGUATAN TEGANGAN TANPA MEMPERKUAT ARUS, MAKA COMMON COLLECTOR INI MEMILIKI FUNGSI YANG DAPAT MENGHASILKAN PENGUATAN  ARUS NAMUN TIDAK MENGHASILKAN PENGUATAN TEGANGAN. PADA KONFIGURASI COMMON COLLECTOR, INPUT DIUMPANKAN KE BASIS TRANSISTOR SEDANGKAN OUTPUTNYA DIPEROLEH DARI EMITOR TRANSISTOR SEDANGKAN KOLEKTOR-NYA DI-GROUND-KAN DAN DIGUNAKAN BERSAMA UNTUK INPUT MAUPUN OUTPUT. KONFIGURASI KOLEKTOR BERSAMA (COMMON COLLECTOR) INI SERING DISEBUT JUGA DENGAN PENGIKUT EMITOR (EMITTER FOLLOWER) KARENA TEGANGAN SINYAL OUTPUT PADA EMITOR HAMPIR SAMA DENGAN TEGANGAN INPUT BASIS.

KONFIGURASI COMMON EMITTER (CE) ATAU EMITOR BERSAMA MERUPAKAN KONFIGURASI TRANSISTOR YANG PALING SERING DIGUNAKAN, TERUTAMA PADA PENGUAT YANG MEMBUTUHKAN PENGUATAN TEGANGAN DAN ARUS SECARA BERSAMAAN. HAL INI DIKARENAKAN KONFIGURASI TRANSISTOR DENGAN COMMON EMITTER INI MENGHASILKAN PENGUATAN TEGANGAN DAN ARUS ANTARA SINYAL INPUT DAN SINYAL OUTPUT. COMMON EMITTER ADALAH KONFIGURASI TRANSISTOR DIMANA KAKI EMITOR TRANSISTOR DI-GROUND-KAN DAN DIPERGUNAKAN BERSAMA UNTUK INPUT DAN OUTPUT. PADA KONFIGURASI COMMON EMITTER INI, SINYAL INPUT DIMASUKAN KE BASIS DAN SINYAL OUTPUT-NYA DIPEROLEH DARI KAKI KOLEKTOR.

  • OP AMP 741
OP-AMP ADALAH SALAH SATU DARI BENTUK IC LINEAR YANG BERFUNGSI SEBAGAI PENGUAT SINYAL LISTRIK. SEBUAH OP-AMP TERDIRI DARI BEBERAPA TRANSISTOR, DIODA, RESISTOR DAN KAPASITOR YANG TERINTERKONEKSI DAN TERINTEGRASI SEHINGGA MEMUNGKINKANNYA UNTUK MENGHASILKAN GAIN (PENGUATAN) YANG TINGGI PADA RENTANG FREKUENSI YANG LUAS. DALAM BAHASA INDONESIA, OP-AMP ATAU OPERATIONAL AMPLIFIER SERING DISEBUT JUGA DENGAN PENGUAT OPERASIONAL.
KARAKTERISTIK PENGUAT IDEAL ADALAH:

  • GAIN SANGAT BESAR (AOL >>). PENGUATAN OPEN LOOP ADALAH SANGAT BESAR KARENA FEEDBACK-NYA TIDAK ADA ATAU RF = TAK TERHINGGA, SERTA PADA RENTANG FREKUENSI YANG LUAS.
  • IMPEDANSI INPUT SANGAT BESAR (ZI >>). IMPEDANSI INPUT ADALAH SANGAT BESAR SEHINGGA ARUS INPUT KE RANGKAIAN DALAM OP-AMP SANGAT KECIL SEHINGGA TEGANGAN INPUT SEPENUHNYA DAPAT DIKUATKAN.
  • IMPEDANSI OUTPUT SANGAT KECIL (ZO <<).

KONFIGURASI PIN 741:
SPESIFIKASI:
RESPONS KARAKTERISTIK KURVA I-O:



  • Sensor MQ-2


Sensor MQ-2 berfungsi untuk mendeteksi keberadaan asap yang berasal dari gas mudah terbakar di udara. Pada dasarnya sensor ini terdiri dari tabung aluminium yang dikelilingi oleh silikon dan di pusatnya ada elektroda yang terbuat dari aurum di mana ada element pemanasnya.

Ketika terjadi proses pemanasan, kumparan akan dipanaskan sehingga SnO2 keramik menjadi semikonduktor atau sebagai penghantar sehingga melepaskan elektron dan ketika asap dideteksi oleh sensor dan mencapai aurum elektroda maka output sensor MQ-2 akan menghasilkan tegangan analog.

Spesifikasi sensor pada sensor gas MQ-2 adalah sebagai berikut:

  •     Catu daya pemanas : 5V AC/DC
  •     Catu daya rangkaian : 5VDC
  •     Range pengukuran : 200 - 5000ppm untuk LPG, propane 300 - 5000ppm untuk butane 5000 -      20000ppm untuk methane 300 - 5000ppm untuk Hidrogen
  •     Keluaran : analog (perubahan tegangan)

konfigurasi dari sensor MQ-S :

  •     Pin 1 merupakan heater internal yang terhubung dengan ground.
  •     Pin 2 merupakan tegangan sumber (VC) dimana Vc < 24 VDC.
  •     Pin 3 (VH) digunakan untuk tegangan pada pemanas (heater internal) dimana VH = 5VDC.
  •     Pin 4 merupakan output yang akan menghasilkan tegangan analog.

    Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat bahwa konsentrasi minimum yang dapat diuji adalah 100ppm dan maksimumnya 10000ppm atau konsentrasi gasnya antara 0.01% dan 1%. Namun, rumusnya tidak dapat ditentukan karena hubungan grafik antara rasio dan konsentrasi adalah nonlinear.

    

  • Sound Sensor

Sensor Suara adalah sensor yang memiliki cara kerja merubah besaran suara menjadi besaran listrik. Pada dasarnya prinsip kerja pada alat ini hampir mirip dengan cara kerja sensor sentuh pada perangkat seperti telepon genggam, laptop, dan notebook. Sensor ini bekerja berdasarkan besar kecilnya kekuatan gelombang suara yang mengenai membran sensor yang menyebabkan bergeraknya membran sensor yang memiliki kumparan kecil dibalik membran tersebut naik dan turun. Kecepatan gerak kumparan tersebut menentukan kuat lemahnya gelombang listrik yang dihasilkannya.

Salah satu komponen yang termasuk dalam sensor ini adalah Microphone atau Mic. Mic adalah komponen eletronika dimana cara kerjanya yaitu membran yang digetarkan oleh gelombang suara akan menghasilkan sinyal listrik.

Mic dapat diklarifikasikan menjadi beberapa jenis dasar antara lain; dinamis, piezoelektrik, dan elektrostatik. Mic dinamis adalah contoh alat yang memiliki sensor suara dengan peran yang besar dalam dunia industri musik. Sedangkan untuk Mic piezoelektrik digunakan secara luas untuk mic dengan meter rendah tingkat frekuensi suara. Untuk masalah pengukuran, mic elektrostatik adalah yang paling populer karena mereka dapat dirampingkan, memiliki ffrekuensi respon konsekuensi rata selama rentang frekuensi yang luas, dan menyediakan nyata stabilitas yang tinggi dibandingkan dengan mic jenis lain. Intensitas suara mic ini dirancang untuk menangkap intensitas suara bersama dengan unit arah aliran sebagai besaran vektor. Bila dilihat dari intensitas bunyi, mic dibagi menjadi dua jenis, yaitu arang dan capasitor.

Diperlukan bebrapa komponen dalam pembuatan sensor suara. Komponen yang diperlukan sangat mudah ditemukan dan memiliki harga yang terjangkau. Komponen-komponen yang dibutuhkan antara lain; resistor memiliki dua saluran yang fungsinya untuk menahan arus listrik dengan memproduksi penurunan tegangan diantara dua salurannya sesuai dengan arus, kondensator, trimpot memiliki hambatan listrik yang dapat diubah-diubah dengan cara memutar porosnya, dioda adalah bahan semikonduktor yang dapat menghantar arus listrik pada satu arah saja, IC (Intergrated Circuit) atau sirkuit, kondensator mic, LED untuk mengeluarkan emisi cahaya, timah, solder, kabel secukupnya dan lain-lain.

Pin OUT
Spesifikasi
  •   Working voltage: DC 3.3-5V
  •   Dimensions: 45 x 17 x 9 mm
  •   Signal output indication
  •   Single channel signal output
  •   With the retaining bolt hole, convenient installation
  •   Outputs low level and the signal light when there is sound
Grafik Respons Sensor Sound

Sensor suara merupakan module sensor yang mensensing besaran suara untuk diubah menjadi besaran
listrik yang akan dioleh mikrokontroler.




  • Sensor PIR


Sensor PIR atau disebut juga dengan Passive Infra Red merupakan sensor yang digunakan untuk mendeteksi adanya pancaran sinar infra merah dari suatu object. Sesuai dengan namanya sensor PIR bersifat pasif, yang berarti sensor ini tidak memancarkan sinar infra merah melainkan hanya dapat menerima radiasi sinar infra merah dari luar. Sensor PIR terdiri dari beberapa bagian yaitu :

  • Fresnel Lens -->Lensa Fresnel pertama kali digunakan pada tahun 1980an. Digunakan sebagai lensa yang memfokuskan sinar pada lampu mercusuar. Penggunaan paling luas pada lensa Fresnel adalah pada lampu depan mobil, di mana mereka membiarkan berkas parallel secara kasar dari pemantul parabola dibentuk untuk memenuhi persyaratan pola sorotan utama. 
  • IR Filter -->IR Filter dimodul sensor PIR ini mampu menyaring panjang gelombang sinar infrared pasif antara 8 sampai 14 mikrometer, sehingga panjang gelombang yang dihasilkan dari tubuh manusia yang berkisar antara 9 sampai 10 mikrometer ini saja yang dapat dideteksi oleh sensor. Sehingga Sensor PIR hanya bereaksi pada tubuh manusia saja.
  • Pyroelectric Sensor -->Seperti tubuh manusia yang memiliki suhu tubuh kira-kira 32 derajat celcius, yang merupakan suhu panas yang khas yang terdapat pada lingkungan. Pancaran sinar inframerah inilah yang kemudian ditangkap oleh Pyroelectric sensor yang merupakan inti dari sensor PIR ini sehingga menyebabkan Pyroelectic sensor yang terdiri dari galium nitrida, caesium nitrat dan litium tantalate menghasilkan arus listrik.
  • Amplifier -->Sebuah sirkuit amplifier yang ada menguatkan arus yang masuk pada material pyroelectric.
  • Komparator-->Setelah dikuatkan oleh amplifier kemudian arus dibandingkan oleh komparator sehingga mengahasilkan output.

Spesifikasi sensor PIR
  • Input Voltage: DC 4.5-20V
  • Static current: 50uA
  • Output signal: 0,3V (Output high when motion detected)
  • Sentry Angle: 110 degree
  • Sentry Distance: max 6/7 m
  • Shunt for setting overide trigger: H - Yes, L - No


  • Relay

Relay adalah Saklar (Switch) yang dioperasikan secara listrik dan merupakan komponen Electromechanical (Elektromekanikal) yang terdiri dari 2 bagian utama yakni Elektromagnet (Coil) dan Mekanikal (seperangkat Kontak Saklar/Switch). Relay menggunakan Prinsip Elektromagnetik untuk menggerakkan Kontak Saklar sehingga dengan arus listrik yang kecil (low power) dapat menghantarkan listrik yang bertegangan lebih tinggi. Sebagai contoh, dengan Relay yang menggunakan Elektromagnet 5V dan 50 mA mampu menggerakan Armature Relay (yang berfungsi sebagai saklarnya) untuk menghantarkan listrik 220V 2A.
Dibawah ini adalah gambar bentuk Relay dan Simbol Relay yang sering ditemukan di Rangkaian Elektronika.
 Spesifikasi

        
            Konfigurasi pin






Relay merupakan komponen listrik yang mempunyai 2 bagian yaitu, kumparan dan poin. Secara garis besar relay berfungsi untuk mengendalikan dan mengalirkan listrik.

Prinsip kerja Relay
Pada dasarnya, Relay terdiri dari 4 komponen dasar  yaitu :
1.    Electromagnet (Coil)
2.    Armature
3.    Switch Contact Point (Saklar)
4.    Spring
Berikut ini merupakan gambar dari bagian-bagian Relay:

Kontak Poin (Contact Point) Relay terdiri dari 2 jenis yaitu :
§  Normally Close (NC) yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan akan selalu berada di posisi CLOSE (tertutup)
§  Normally Open (NO) yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan akan selalu berada di posisi OPEN (terbuka)
Berdasarkan gambar diatas, sebuah Besi (Iron Core) yang dililit oleh sebuah kumparan Coil yang berfungsi untuk mengendalikan Besi tersebut. Apabila Kumparan Coil diberikan arus listrik, maka akan timbul gaya Elektromagnet yang kemudian menarik Armature untuk berpindah dari Posisi sebelumnya (NC) ke posisi baru (NO) sehingga menjadi Saklar yang dapat menghantarkan arus listrik di posisi barunya (NO). Posisi dimana Armature tersebut berada sebelumnya (NC) akan menjadi OPEN atau tidak terhubung. Pada saat tidak dialiri arus listrik, Armature akan kembali lagi ke posisi Awal (NC). Coil yang digunakan oleh Relay untuk menarik Contact Poin ke Posisi Close pada umumnya hanya membutuhkan arus listrik yang relatif kecil.



3a. example[Kembali]

1. Buka aplikasi Proteus
2
. Pilih komponen yang dibutuhkan, pada rangkaian ini dibutukan komponen Relay, Motor DC, Sensor LM35, LED, Transistor NPN BC548, Octocoupler, Resistor, Op amp, Potensiometer, dan Mosfet
3
. Rangkai setiap komponen menjadi rangkaian yang diinginkan
4
. Ubah spesifikasi komponen sesuai kebutuhan
5
. Jalankan simulasi rangkaian

Prinsip kerja:



Pada rangkaian ini, LDR dan R1 sebagai pembagi tegangan serta Motor DC sebagai pintu yang akan otomatis bergerak ketika PIR mendeteksi adanya infrared. Saat LDR tidak mendapakan cahaya (gelap) maka hambatan pada LDR semakin besar, yaitu > 1M dan R1 kecil, sehingga tegangan dari baterai menjadi sangat kecil dan arusnya tidak dapat mengalir ke kaki basis Transistor Q1 dan Transistor Q2 dan kemudian tidak dapat mengaktifkan relay RL1 karena tidak ada arus atau tegangan yang lebih kecil dari yang diperlukan.

Saat LDR mendapatkan cahaya maka hambatannya menjadi kecil < 100k sehingga tegangan dari baterai menjadi tidak banyak berkurang dan arusnya dapat mengalir ke kaki basis Transistor Q1 dan arus dari baterai dapat mengalir ke kaki kolektor Transistor Q1 yang kemudian arus dapat mengalir dari kaki emitor Transistor Q1 dan kemudian arus mengalir ke kaki basis Transistor Q2. Karena terdapat arus pada kaki basis Transistor Q2, maka arus dari baterai akan mengalir ke kaki kolektor Transistor Q2 dan arus keluar dari kaki emitor Transistor Q2. Arus ketika menuju kaki kolektor Transistor Q2 terlebih dahulu melewati relay sehingga mengaktifkan relay RL1.

Disisi lain, ketika sensor PIR berlogika 0, maka tidak akan ada tegangan yang dioutputkan dan arus tidak akan mengalir ke relay RL2 untuk diaktifkan. Sedangkan ketika sensor PIR berlogika 1, maka akan ada tegangan yang dioutputkan dan arus akan mengalir ke op-amp (Non-Inverting) dan tegangan akan diperkuat sehingga dapat menggerakkan motor DC dan mengaktifkan relay RL2.

Hubungan antara RL1 dan RL2 :


4. Video dan Gambar Rangkaian[Kembali]
                                    gambar rangkaian sebelum dijalankan


                                    gambar rangkaian setelah dijalankan




                                    Video






download video [disini]


5. Download file[Kembali]

    HTML

   Rangkaian


Download Datasheet DC Motor klik disini
Download Datasheet Voltmeter klik disini
Download Datasheet Dioda klik disini
Download Datasheet OP AMP 741 klik disini
Download Datasheet Baterai klik disini
Download Datasheet Osiloskop klik disini

Datasheet Resistor klik disini

Download Datasheet LED klik disini
Download Datasheet Relay klik disini
Download Datasheet Buzzer klik disini
Download library sensor gas mq-2 disini
Download library sensor suara disini
Download datasheet sensor suara disini
Downlaod datasheet sensor gas mq-2 disini


    
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MODUL 1 KARAKTERISTIK DIODA

SUB BAB 3.6 COMMON-COLLECTOR CONFIGURAION

MODUL 4